Mengenai judul diatas, gue
sedikit mengingat hewan-hewan peliharaan yang mati ditangan gue. Iya, nggak ada
satu hewan peliharaan pun yang bisa bertahan diatas 2 bulan, entah mereka eneg
liat muka gue dan lebih baik mati atau memang sudah takdir mereka. Tetapi alasan pertama sepertinya lebih kuat.
Hewan peliharaan pertama adalah
kucing. Namanya Mio. Kenapa namanya Mio? Soalnya ntuh kucing doyan minum
bensin. Nggak lah yaa, malah adanya mabok lagi. Mio gue temukan di depan rumah,
kucing kecil yang dari tadi mengeong terus dan gak ada induknya. Berhubung ga
ada orang yang ngambil, gue adopsi dia menjadi anak kedua hewan peliharaan dalam keluarga gue. Mio
berwarna kuning keemasan. Dia imut sekali. Pagi-pagi sekali gue masih tidur, si
Mio mengeong-ngeong dan naik ke tempat tidur. Kawaiii~. Gue pernah ngasih makan
dia dengan ikan goreng yang entah mungkin udah sebulan di dalam lemari es, trus
dia muntah. Kejam sekali majikan ini. Beberapa minggu kemudian, gue sekeluarga
pulang kampung. Mio ga ada yang ngurus, jadi gue biarin dia di luar rumah. Cari
makan dimana kek, yang penting si Mio bisa bertahan hidup dan bisa melawan
kucing-kucing lain disekitaran rumah untuk mendapatkan makanan. Seminggu
kemudian gue sekeluarga balik. Bapak-bapak tetangga sebelah rumah langsung
memberi tau bahwa Mio udah mati. Sedih banget gueeee. Trus gue tanya mati
kenapa, bapak-bapak itu ngejawab, ‘ditabrak roda sapi dek’. WHAT??? Ini
benar-benar... mati yang miris sekali. Kalo si Mio mati ketabrak mobil kan agak
kerenan sedikit, tapi ini ditabrak roda sapi. Roda sapi kan jalannya pelan, ini
kenapa si Mio mati ditabrak roda sapi? Apakah dia sengaja bunuh diri karena
frustrasi menunggu sang majikan tidak memberi ikan kepadanya? Atau apakah Mio
sebelumnya sudah ketergantungan pada obat-obat terlarang? Hmmmm harusnya
sebelum dikuburkan, Mio harus diotopsi dulu.
Kalo dihitung-hitung udah 3
kucing yang gue pelihara. Tiga-tiganya namanya Mio. Mio pertama, itu tadi yang
mati ketabrak roda sapi, Mio kedua dikasih sama tetangga tapi akhirnya lari,
Mio ketiga gue temuin di pasar dan dibeli dengan harga Dua Ribu Rupiah dari
seorang anak. IYAH, DUA RIBU RUPIAH. Tapi akhirnya Mio itu lari, mungkin dia
lari dari rumah karena tau harga dirinya hanya berharga dua ribu rupiah. Miris.
Karena memelihara kucing berakhir
dengan sad ending , maka gue
memutuskan untuk memelihara... Ayam.
Mengapa memelihara ayam? Selain
bisa menjadi hiburan saat mereka berantem dengan ayam lain atau dalam bahasa
kerennya manyabung, ayam juga bisa
dimakan. HAHAHAHA gimana? Keren kan?
Ayam yang gue pelihara ini adalah
seeokor ayam betina. Kalo gue pelihara kucing dulu, ga pernah tau jenis
kelaminnya apa. Jantan? Betina? Atau jangan-jangan memang jantan tapi suka
sesama jantan. Hiiiiy. Ayam ini gue dapatkan dari teman nyokap. Nama ayam ini
sudah gue diskusikan dengan bokap. Sudah melibatkan 25 saksi dan ribuan berkas
bukti. Yang pasti menemukan nama ayam ini sangat terstrukur, masiv dan ... apa
yah yang terakhir? Gue lupa. Pokoknya itulah. Namanya Sengkomorang. Kalian
pasti bertanya-tanya apa artinya dan dari bahasa apa. Pokoknya artinya keren.
Rahasia dong artinya.. serahasia anaknya Jessica Iskandar.
To the point aja.. beberapa hari di rumah, Sengkomorang tengah
didekati oleh seekor ayam jantan putih yang gagah. Sengkomorang... anak baru di
sekitaran rumah tapi langsung menjadi primadona beberapa ayam jantan. 3 minggu
kemudian, setelah melakukan penjajakan, etapi gue bingung juga sama ayam jantan
putih ini, tiap kali deket sama Sengkomorang, pengennya berantem melulu.
Kayaknya mereka berdua seperti FTV-FTV. Pertama ketemu benci-bencian, lama-lama
jadi cinta-cintaan. Ini namanya Ayay: Ayam Alay. Kalo dibandingkan dengan
gue... gue kalah telak sama Sengkomorang. Si Sengkomorang , anak baru aja langsung
dipacarin, lah gue? Mau jadi anak baru atau anak lama juga belum ada yang
macarin. Kayaknya gue harus wawancara khusus sama Sengkomorang jurus apa saja
yang telah dikeluarkan sampe ayam jantan putih yang gagah tersebut (kalo
diumpamakan kayak cowok cool putih punya mobil gituh wakakakakak) langsung
jatuh cinta sama Sengkomorang.
Tapi.. tapi.. tapi... seminggu
kemudian gue mendapati Sengkomorang bertelur! Jangan-jangan itu perbuatan ayam
jantan putih itu! Ternyata-ternyata! Sengkomorang bertelur diluar nikah!
Astagaa gue nggak menyangka. Tapi itu malah bagus MUEHHEHEHEHE. Telur
Sengkomorang berakhir menjadi telur rebus dan dimakan oleh gue HAHAHAHAHA.
Setelah Sengkomorang bertelur,
kira-kira kapan ya Sengkomorang berakhir di panci? Kita tunggu saja HAHAHAHA
enak banget kalo dibikin opor ayam, eh maksudnya Opor Sengkomorang.
Wassalam~