Halaman

Selasa, 06 November 2012

and now I understand



Gue inget waktu SMP kelas 9, gue punya temen namanya Lina. Anaknya cantik, rambutnya panjang, dan  wajahnya oriental.  Suatu hari, Lina nangis. Gue bingung kenapa dia nangis di pojokan kelas. Matanya sembab dan wajahnya basah penuh dengan air mata. Karena penasaran, gue cari tau kenapa Lina nangis. Ternyata Lina nangis karena dia baru diputusin cowoknya, karena cowoknya lebih memilih cewek lain. Dia kelihatannya patah hati banget. Gue masih bingung, emang sampe segitunya ya kalo patah hati?  Gue gak ngerti kenapa Lina nangis cuma gara-gara patah hati. Waktu itu menurut gue kalo patah hati itu nggak usah sampe nangis-nangisan.

Sampai saat ini pun gue gak ngerti, karena gue sama sekali gak pernah pacaran. Sama seperti Bang Alitt, gue hanya bisa sampe ke tahap gebet-gebetan. Yaa.. inilah nasib gue sebagai jomblo ngenes. Cuma bisa bermimpi dan berharap kalo gebetan kita itu nembak kita. Sebagai cewek, kita hanya bisa menunggu dan menunggu sampe dia nembak. Masalah disini adalah: kapan dia nembak?

Itu adalah masalah utama. Menurut gue, semua cewek itu pasti punya cowok yang dia suka. Walaupun itu cewek tomboy, cewek tukang upil, cewek jorok, cewek yang suka mangap, dan semua cewek yang tergolong aneh pasti punya cowok yang dia suka meskipun hanya sebatas menjadi seorang secret admirer.
Setelah Bella dan Fau curhat sama gue tentang pacar mereka, gue pikir betapa beruntungnya mereka telah mendapatkan seseorang yang bisa membuat bahagia walau hanya sementara, atau mungkin selamanya.

Mungkin gue gak pernah pacaran, tapi gue bisa merasakan atmosfir kebahagiaan yang Bella dan Fau rasakan. Walau hanya sebatas cinta diam-diam, tapi itu berhasil membuat sebagian kaum cewek senyum-senyum sendiri. Wajahnya, senyumnya, suaranya selalu terpikir. Sebagai cewek, jatuh cinta diam-diam itu begitu sulit. Betapa sulitnya seorang cewek menunggu dia untuk nembak, lebih sulit lagi kalo dia nggak kenal sama kita. Pihak cewek nggak mungkin kan melakukan first move? Apalagi nembak..

Apa yang para cewek rasakan kalau cowok yang suka itu deket sama cewek lain? Hati itu udah kayak sate. Dibakar didalam api cemburu kemudian hangus menjadi abu yang tinggal harapan yang nggak mungkin lagi kembali ke bentuk semula. Mungkin, ke sekolah/kampus/kantor Cuma buat wajahnya doang. Tapi itu cukup berhasil membuat hari semakin indah.
Gue semakin mengerti apa itu jatuh cinta diam-diam setelah membaca “Analogi Cinta Sendiri” yang ditulis oleh Dara rayoga dan buku “Marmut Merah Jambu” yang ditulis oleh Raditya Dika.

Pada akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan. Mereka Cuma bisa mendoakan, setelah lelah berharap, pengharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali, hingga lama makin besar, lalu semakin lama semakin jauh. Orang yang jatuh cinta diam-diam pada akhirnya menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita inginkan bisa jadi yang tidak kita sesungguhnya kita butuhkan, dan sebenarnya, yang kita butuhkan hanyalah merelakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa, seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.” -Marmut Merah Jambu, Raditya Dika

“dan ketika sebuah karya lahir dari rasa patah hati, gue pikir itu cukup membuktikan bahwa dia yang membuat patah hati, gak cukup tangguh untuk menjatuhkan gue.” –Analogi Cinta Sendiri, Dara Prayoga

Semula gue kira jatuh cinta itu simpel: saling suka >> si cowok nembak >> jadian. Tapi gue salah, ternyata cinta gak se-simpel yang gue kira. Hal-hal kecil seperti dia senyum saja bisa membuat seorang secret admirer bahagia banget. Ngeliat dia lagi online chat di facebook aja udah bisa membuat keringetan  seember. Ternyata kebahagiaan seorang secret admirer itu sangat simpel. Dan nyesek ketika dia lagi deket sama cewek lain. Kasian~
Sekarang gue ngerti kenapa Lina nangis,meskipun konsepnya berbeda; Lina nangis karena dia putus dari cowoknya, dan seseorang putus dari gebetannya.



ciyuss? miapah? :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar